Header Ads

Kisah Dokter Lo Siauw: Pasien Miskin Tak Dipungut Biaya, Malah Belikan Obat dari Kantong Pribadinya

Kisah Dokter Lo Siauw: Pasien Miskin Tak Dipungut Biaya, Malah Belikan Obat dari Kantong Pribadinya

KARTUVIP.NET - “Selama saya masih bisa, saya akan terus bekerja,” ujar dr Lo Siauw Ging MARS di Rumah Sakit Kasih Ibu, Solo, Jawa Tengah, pertengahan bulan Maret 2019 lalu.

Semangat melayani dan mengobati pasien masih menyala-nyala dalam diri dokter Lo Siauw Ging.

Walaupun usianya sekarang menginjak 84 tahun, dokter tanpa tarif di kota Solo, Jawa Tengah ini masih ingin terus mengabdikan diri untuk kemanusiaan.

Selain praktik di RS Kasih Ibu, dr Lo Siauw Ging juga membuka praktik dokter umum di rumahnya di Jalan Jagalan No 27, Solo setiap Senin-Sabtu pukul 16.00-20.00.

Di usianya yang sudah senja sekarang ini dr Lo Siauw Ging masih melayani 20-30 pasien per hari.

dr Lo Siauw Ging 2

Ketika masih muda dulu, pasiennya bisa mencapai 100 orang sehari.

“Pasien tentu sudah berkurang karena saya sudah tua,” ujar dr Lo Siauw Ging kepada Kompas.

dr Lo Siauw Ging tidak pernah menetapkan tarif kepada pasiennya. Pasien dari kalangan masyarakat miskin tidak dimintai bayaran sama sekali.

Tidak hanya menggratiskan mereka, bahkan Lo juga menebus tagihan obat pasien tidak mampu.

Namun, pasien Lo Siauw Ging bukan hanya dari kalangan masyarakat miskin, sebagian malah merupakan masyarakat umum yang berpunya.

Kepada pasien yang mampu itu pun, Lo Siauw Ging juga tidak mematok tarif tertentu alias sukarela.

Semua diserahkan kepada kerelaan masing-masing pasien dan keluarganya.

“Kalau pasien yang tidak mampu, tidak perlu bayar obat di apotek. Kalau yang mampu, biasanya mereka nanti beli obat sendiri,” ujar dr Lo Siauw Ging.

Lo Siauw Ging tidak memiliki apotek sendiri.

Saat ada pasien warga miskin datang berobat kepadanya, ia akan menuliskan resep dengan memo khusus.

Pasien itu kemudian diminta mengambil obat di apotek yang telah ditunjuknya, yakni apotek Budi Asih.

Pihak apotek akan memberikan obat seusai dengan resep yang diberikan Lo kepada pasien tersebut tanpa menarik biaya sedikipun.

Setiap bulan pengelola apotek akan mengirimkan tagihan-tagihan biaya obat-obat para pasien tidak mampu itu kepada Lo Siauw Ging.

Tagihan yang harus dibayar dr Lo bervariasi dari ratusan ribu hingga Rp 10 juta per bulan.

“Prinsipnya, bagi saya orang yang tidak mampu juga berhak untuk berobat,” tutur dr Lo Siauw Ging.

Prinsip kerja tersebut tidak hanya diterapkan Lo Siauw Ging ketika praktik dokter umum di rumahnya.

Di RS Kasih Ibu, pasien tidak mampu yang berobat kepadanya juga tidak ditarik biaya.

“Biasanya banyak pasien dari panti, baik panti jompo atau panti asuhan, anak-anak yatim-piatu berobat dengan bebas ke sini,” ujar dr Lo Siauw Ging.

Kepada para pasien tidak mampu yang berobat kepadanya di RS Kasih Ibu itu, Lo juga akan memberikan resep dengan memo khusus setelah memeriksa mereka.

Pasien menukarkan resep tersebut ke apotek RS Kasih Ibu tanpa membayar biaya obat.

Biaya obat pasien selanjutnya akan ditagihkan kepada dr Lo Siauw Ging atau diambilkan dari kas Dana Sosial dr Lo Siauw Ging yang dikelola RS Kasih Ibu. Dana sosial ini bersumber dari para donatur.

“Kalau pasien yang tidak mampu, tidak perlu bayar obat di apotek. Kalau yang mampu, biasanya mereka nanti beli obat sendiri,” ujar dr Lo Siauw Ging.

“Terus terang saja, dananya (untuk membayar obat pasien) di samping dari saya pribadi, ada dari donasi-donasi.

Pada umumnya orang tidak mau memberi tahu, tidak menyebut namanya saat memberi donasi itu,” ujar Lo Siauw Ging yang pernah mengemban tugas sebagai Direktur RS Kasih Ibu tahun 1982-2004 ini.

Lo memilih cara hidup sederhana. Ia merasa kebutuhannya sehari-hari sudah sangat tercukupi sehingga tidak perlu menetapkan tarif kepada pasien.

Toh, selama ini juga tidak perlu mengeluarkan berbagai biaya untuk membesarkan dan memenuhi kebutuhan anak-anak.

Setelah menikah dengan Maria Gan May Kwee, istri tercintanya, Lo Siauw Ging tidak dikaruniai anak.

“Saya berkeluarga kebetulan tidak ada anak. Jadi dari kebutuhan pribadi dan istri sedikit sekali. Kenyataanya kan demikian bahwa kebutuhan untuk anak jauh lebih besar,” ujar dr Lo Siauw Ging.

Lo Siauw Ging mengaku sejak remaja memiliki keinginan menjadi dokter mengikuti jejak saudaranya.

Setelah menamatkan pendidikan dokter pada Fakultas Kedokteran, Universitas Airlangga, Surabaya tahun 1962, Lo Siauw Ging mengabdi sebagai pegawai negeri yang bertugas di beberapa daerah, diantaranya Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta; Boyolali, Wonogiri, dan Solo, Jawa Tengah.

Di Solo, Lo kemudian menjadi tenaga medis di RS Panti Kosala (kini bernama RS Dr Oen, Solo).

Di RS inilah Lo Siauw Ging bertemu dr Oen Boen Ing, sosok yang berperan besar dalam pendirian RS Panti Kosala.

Dokter Bukan Pedagang

Dari seniornya itu, Lo Siauw Ging banyak belajar.

dr Oen Boen dikenal sebagai dokter yang mengabdikan total hidupnya menjadi penolong bagi sesama.

dr Oen Boen yang lahir di Salatiga 3 Maret 1903, memiliki prinsip bahwa tugas seorang dokter hanyalah menyembuhkan orang sakit, tiada yang lain.

Saat membuka praktik dokter di rumahnya di Kestalan, Solo, dr Oen tak menarik bayaran dari pasien miskin.

Hingga kini, Lo Siauw Ging menjadikan dr Oen Boen sebagai sosok panutan sekaligus idolanya.

Selain dr Oen Boen, Lo juga ingat betul nasihat sang ayah ketika ia menyatakan keinginannya menjadi dokter.

Lo Siauw Ging diingatkan jika ingin jadi dokter maka tidak usah memikirkan dagang.

Nasihat itu menguatkan hatinya membantu pasien miskin tanpa menarik biaya.

Dengan merendah Lo Siauw Ging menuturkan, setiap orang bisa berbuat kebaikan bagi sesama, tidak hanya dokter.

Orang bisa berbuat kebaikan dengan cara dan kemampuan masing-masing.

“Kebetulan saya dokter. Tapi sebetulnya setiap manusia itu bisa berbuat baik untuk sesama manusia, saya kira sama saja semuanya. Cuma skalanya lain, ada yang kecil ada yang besar. Kalau saya sebagai dokter kebetulan lebih mudah karena pada umumnya soal kesehatan itu banyak dibutuhkan orang,” ujar Lo Siauw Ging.

Kebaikan Lo Siauw Ging menolong pasien miskin sudah diketahui luas tetangga dan masyarakat di Solo sejak lama.

Saat pecah kerusuhan berbau SARA pada 1998 di Solo, masyarakat sekitar kediamannya tak melupakan kebaikan Lo Lo Siauw Ging.

Para pemuda dan masyarakat setempat menjagai rumahnya agar tak jadi sasaran dari amukan massa.

“Kebetulan saya dokter. Tapi sebetulnya setiap manusia itu bisa berbuat baik untuk sesama manusia, saya kira sama saja semuanya. Cuma skalanya lain, ada yang kecil ada yang besar. Kalau saya sebagai dokter kebetulan lebih mudah karena pada umumnya soal kesehatan itu banyak dibutuhkan orang,” ujar Lo Siauw Ging.

Di tengah situasi mencekam karena penjarahan, perusakan dan pembakaran toko-toko saat itu, Lo Siauw Ging tak mau dievakuasi.

Ia tetap membuka praktik dokter di rumahnya yang berada persis di pinggir jalan.

Ini karena ia tidak ingin jika ada orang sakit datang berobat tidak mendapat pertolongannya karena tidak praktik.

Seperti dr Oen Boen, Lo Siauw Ging ingin terus mengabdikan dirinya secara total untuk kemanusiaan.

Di usianya yang hampir menginjak 85 tahun, dr Lo Siauw Ging masih praktik di RS Kasih Ibu dari pukul 09.30-11.30 dari Senin-Jumat.

Lo Siauw Ging kini melayani pasien sambil duduk di kursi roda.

Setelah mengalami patah tulang paha dua tahun silam, ia harus menggunakan kursi roda untuk beraktivitas.

Namun, itu tak menghalanginya untuk mengobati orang sakit.

Lo Siauw Ging pun tak mau lama-lama beristirahat setelah pulih dari sakit yang membuatnya harus opname di RS Kasih Ibu awal Maret lalu.

Sehari setelah pulang dari RS, dr Lo Siauw Ging kembali masuk kerja karena banyak pasien harus disembuhkan.


dr Lo Siauw Ging meyakini akan selalu ada dokter-dokter lain membantu masyarakat miskin berobat.

“Pasti ada. Kesempatan-kesempatannya selalu ada,” ujar Lo Siauw Ging.

 Biodata

dr Lo Siauw Ging

Lahir: Magelang, 16 Agustus 1934
Istri: Maria Gan May Kwee (72)

Pendidikan:
– Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, 1962
– S-2 (MARS) Universitas Indonesia, 1995

Pekerjaan: 
Dokter di RS Kasih Ibu, Solo

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.